Sabtu, 19 November 2011

Sumber ketenangan dan penghilang kesusahan yang hakiki



MY FOTO


Setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala wajib meyakini bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah Ta’ala, membaca al-Qur’an, berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).
Artinya: dengan berzikir kepada Allah Ta’ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan[3].
Bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah Ta’ala[4].
Salah seorang ulama salaf berkata: “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Ulama ini menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”[5].
Inilah makna ucapan yang masyhur dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – : “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti”[6].
Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah Ta’ala (dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan keridhaan) Allah Ta’ala satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah Ta’ala[7].
Demikian pula jalan keluar dan penyelesaian terbaik dari semua masalah yang di hadapi seorang manusia adalah dengan bertakwa kepada Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ}
”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. ath-Thalaaq:2-3).
Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah, serta menjauhi semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta’ala[8].
Dalam ayat berikutnya Allah berfirman:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً}
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4).
Artinya: Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya)[9].
Adapun semua bentuk zikir, wirid maupun shalawat yang tidak bersumber dari petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun banyak tersebar di masyarakat muslim, maka semua itu adalah amalan buruk dan tidak mungkin akan mendatangkan ketenangan yang hakiki bagi hati dan jiwa manusia, apalagi menjadi sumber penghilang kesusahan mereka. Karena semua perbuatan tersebut termasuk bid’ah[10] yang jelas-jelas telah diperingatkan keburukannya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya semua perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat, dan semua yang sesat (tempatnya) dalam neraka”[11].
Hanya amalan ibadah yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membersihkan hati dan mensucikan jiwa manusia dari noda dosa dan maksiat yang mengotorinya, yang dengan itulah hati dan jiwa manusia akan merasakan ketenangan dan ketentraman.
Allah Ta’ala berfirman:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
“Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali ‘Imraan:164).
Makna firman-Nya “mensucikan (jiwa) mereka” adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran jiwa dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Ta’ala)[12].
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ}
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yuunus:57).
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perumpaan petunjuk dari Allah I yang beliau bawa seperti hujan baik yang Allah Ta’ala turunkan dari langit, karena hujan yang turun akan menghidupkan dan menyegarkan tanah yang kering, sebagaimana petunjuk Allah Ta’ala akan menghidupkan dan menentramkan hati manusia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya perumpaan bagi petunjuk dan ilmu yang Allah wahyukan kepadaku adalah seperti air hujan (yang baik) yang Allah turunkan ke bumi…”[13].

Rabu, 16 November 2011

Keinginan Orang Tua di Seluruh Dunia Ketika Mereka Tak Lagi Muda




Waktu terus berjalan. Evolusi pun terjadi. Seorang yang kemarin seolah-olah masih kanak-kanak tau-tau telah mempunyai episode baru dalam hidup mereka. Sekolah cari kerja menikah mempunyai keturunan yang bakal meneruskan silsilah keluarga, mungkin seperti itu gambaran roda manusia. Tetapi keadaan akan jauh berbeda ketika kita telah memasuki usia senja. Ketika anak-anak kita masih kecil rumah akan terasa rame dengan kehadiran mereka, tetapi ketika semua telah beranjak dewasa dan saat mereka menikah dan harus tinggal di kota lain yang berbeda dengan kita pasti akan terasa sepi. Dalam fase hidup manusia ada episode yang tidak bisa dihindari yaitu menjadi tua. Umur 60 tahun keatas manusia dikatakan telah lanjut usia, dalam usia segitu memang kebanyakan manusia menjadi tidak produktif. Makanya dalam usia 55 tahun keatas pegawai publik telah memasuki masa purna tugas.
Dalam proses penuaan biasanya ditandai dengan munculnya demensia. Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan gangguan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Tetapi tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Gejala dari demensia ini seperti sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa letak barang. Mungkin bahasa kasar dari demensia ini adalah pikun. Ketika dalam masa-masa seperti ini semua orang tua di dunia pastilah mempunyai harapan. Meskipun mungkin mereka tidak mengutarakan langsung. Bagi orang tua yang anak-anak mereka jauh, mereka pasti berharap ketika mereka sudah lanjut mereka berharap bisa menghabiskan akhir hidup mereka dengan anak-anak mereka bukan dengan pembantu yang telah dibayar oleh anak-anak mereka untuk menemani mereka. Mereka pasti ingin ketika mereka telah lanjut dan mungkin saat kondisi raga mereka tidak sekuat saat mereka mengasuh kita mereka ingin kita menyuapi mereka seperti mereka telah menyuapi kita di waktu kecil. Mereka ingin kita mendengarkan apa yang mereka bicarakan meskipun itu pembicaraan yang sama yang diulang-ulang. Bahkan ketika mereka sudah tidak bisa apa-apa mereka ingin kitalah anak-anak mereka yang menggantikan pakaiannya, memandikan, membersihkan kotorannya bukan orang lain yang mungkin bisa kita bayar untuk itu. Karena pengorbanan mereka begitu besar saat memelihara dan mengasuh kita sudah menjadi kewajiban kita merawat orang tua kita ketika mereka telah lanjut. Orang tua adalah keramat di dunia, marahnya mereka adalah murkanya Tuhan, dan do’a mereka pasti di ijabah Tuhan. Jadi jangan sekali mulai perasaan mereka.

Jumat, 28 Oktober 2011

sidikit nukil



MY FOTO

Jangan memikirkan masa lalu, karena hanya kan membuat sedih dan merana.
dan jangan terus beranjadi untuk masa depan, karena belum tentu itu akan terjadi.
tapi buat yang terbaik untuk hari ini, karena hari ini adalah harimu.

Sabtu, 08 Oktober 2011

menilai orang lain


 

jika anda ingin menilai orang lain, lihatlah saat ajal diubun-ubunnya, jadi saat ini kita takperlu menilai orang itu, tapi  siapkan diri kita untuk kematian dah setelah kematian karena sifat asi dari seseorang adalah saat bagaimana ia dalam sakaratul maut..

Sabtu, 24 September 2011

kerinduan hati


Bermuara tak terkira
mencari indahnya permata hati
Bila jiwa enggan bersua
maka harumkanlah melati ini

mendekat semakin perih
bak duri yang tertelan
menjauh kian merana
bak ikan dipadang pasir

indah sungguh takdir ini
sempurna tiada yang menandingi
Tuhan, kau lah pemilik jiwa ini
dan kepadaMu pula aku akan kembali

Kamis, 15 September 2011

Ibadah adalah Hak Allah SWT atas diri kita



Jika seseorang berbuat baik dan memulianakn anda, bukan kah merupakan hak orang tersebut untuk mendapatkan rasa cinta dan keridhaan dari anda?bukankah merupakan haknya untuk anda taati perintah-perintahnya?
Jika anda tidak lupa terhadap kebaikan manusia, maka apakah bukan suatu pembangkanganbila anda melupakan kebaikan Tuhan terhadap anda?