Jumat, 27 Mei 2011

Membangun Karakter ( Charachter Building )

 

Posted by I'm a MUSLIM

Sebelum mengetahui tentang karakter, hal pertama yang kita lakukan adalah pengenalan diri atau kepribadian. Kepribadian adalah sifat-sifat yang ada pada diri seseorang yang membedakan kita dengan orang lain dan di aplikasikan dalam bentuk prilaku, dengan kita mengenal diri kita, maka akan memudahkan kita untuk introspeksi diri dengan cepat terhadap persoalan yang telah kita alami. Karakter itu sendiri muncul karena ada proses dari pengenalan diri, jadi karakter merupakan sesuatu yang telah tertanam dalam diri kita yang akan sulit untuk diubahnya kembali bahkan hampir tidak mungkin ( irreversible ). Karakter juga memiliki korelasi positif dengan sifat ( attitude ) / akhlak, di mana asal usul dari sifat itu sendiri dapat dibedakan menjadi tiga aspek yang menyebabkannya, yaitu :
  1. Keturunan : Pembawaan sejak lahir
  2. Lingkungan : Keluarga, Pendidikan, dan Pengalaman
  3. Kehendak bebas : kebebasan untuk memilih, dapat memberi arti.
       Pembawaan sifat sejak lahir memang sudah tidak bisa untuk dicegah datangnya, karena gen dari kromosom yang ada dalam tubuh kita diwarisi dari orang tua kita, hal yang perlu disikapi dari keadaan ini adalah mengadopsi sifat baik yang datangnya dari orang tua, dan mulai menghilangkan sedikit demi sedikit sifat yang kurang baiknya, di sini diperlukan kepekaan kita dalam mengidentifikasi mana sifat yang baik dan mana yang buruk, terkadang kita salah memilih sifat mana yang kita adopsi menjadi bagian dari diri kita, lantas bagaimana cara mengetahui secara pasti sifat/akhlak yang baik atau buruk tersebut ? tak ada bedanya ketika kita mendapatkan latihan soal yang sering kita temui di buku pelajaran saat berada di bangku sekolah, sebelum ada latihan soal biasanya terdapat contoh soal dari soal –soal yang akan kita kerjakan, jadi kita dapat lebih mudah untuk mengerjakannya, sebagaimana soal, manusia pun punya contohnya, sehingga memudahkan kita untuk mengetahui sifat baik dan buruk tersebut. ya, Rosulullah SAW telah memberi contoh kepada kita tentang akhlakul karimah yaitu sifat  yang baik lagi terpuji, sebagaimana firman Allah SWT :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.( Al ahzab (33) : 21 ).
Faktor lingkungan merupakan salah satu aspek yang berperan besar pada pembentukan karakter seseorang, contohnya saja anak balita sampai dengan umur 5 tahun perkembangan otaknya hampir mencapai 80%, itu sebabnya banyak orang tua yang memberikan perlakuan khusus kepada anaknya, seperti menyekolahkannya di sekolah yang bagus dan memberikan asupan gizi yang cukup seperti yang mengandung DHA, omega 3, prebiotik, probiotik, dan lain-lain, ini disebabkan karena banyak sekarang dari orang tua yang lebih peka terhadap kondisi anaknya. Faktor keluarga juga merupakan faktor yang penting untuk membentuk sifat anak, karena dalam keluarga yang baik terdapat keharmonisan yang dapat membuat nyaman anak, beda halnya dengan keluarga yang broken home yang orang tuanya rela mengorbankan perasaan anaknya demi ego mereka semata. Pengalaman merupakan guru yang paling baik untuk kita, namun terkadang kita juga harus belajar dari pengalaman orang lain dikarenakan kita tak punya cukup waktu untuk belajar hanya dari pengalaman diri sendiri.
Kehendak bebas dapat diartikan dengan manusia diberi pilihan oleh Allah untuk menentukan pilihan mereka, dengan catatan telah ada yang memberikan pilihan kepada mereka.
Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?"
Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar."  ( 67 ( Al Mulk ) : 8-9 )
Sifat juga hampir sama halnya dengan karakter yaitu dengan ciri-ciri perubahannya yaitu sifat yang sudah terbentuk sekian lama akan sulit untuk diubah dalam waktu singkat dan dapat menjadi watak. Perubahan sifat juga harus kita sikapi dengan bijak yakni kita perlu membedakan sifat mana yang dapat diubah dan mana yang tidak dapat diubah yaitu dengan cara menerima sifat yang tidak dapat diubah dan berani merubah sifat yang bisa untuk diubah.

Rabu, 18 Mei 2011

Patung Kehidupan

 



Suatu ketika, hiduplah seorang pematung. Pematung ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas. Hal itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini. Sang pematung, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah, karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.
Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan diletakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya. Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang di perintahkannya. "Bagus.Bagus sekali," ujar sang Raja."Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini."
Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk diletakkan di luar taman. Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas, ucapnya dalam hati, pasti, akan cepat rusak. Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pematung. Ia pun puas.
Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya.Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkanmu bersama patung prajurit yang lain di depan sana. Menyesal dengan perbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya.
***
Kawan, seperti apakah kita menghargai diri sendiri? Seperti apakah kita bercermin pada diri kita? Bagaimanakah kita menempatkan kebanggaan atas diri kita? Ada kalanya memang, ada orang-orang yang selalu pesimis dengan dirinya sendiri. Mereka, kerap memandang rendah kemuliaan yang mereka miliki. Namun, apakah kita mau dimasukkan ke dalam bagian itu. Saya percaya, tak banyak orang yang menghendaki dirinya mau dimasukkan sebagai orang yang pesimis. Kita akan lebih suka menjadi orang yang bernilai lebih. Sebab,Tuhan pun menciptakan kita tidak dengan cara yang main-main. Tuhan menciptakan kita dengan kemuliaan mahluk yang sempurna.
Dan teman, sesungguhnya, kita sedang memahat patung diri kita saat ini. Tapi patung seperti apakah yang sedang kita buat? Patung yang kasar, yang tak halus pahatannya, ataukah patung yang indah, yang memancarkan kemuliaan-Nya? Patung yang bernilai mahal, yang menjadi hiasan. Memang, tak ada yang tahu akan ditempatkan dimana patung-patung diri kita kelak. Karena hanya Tuhan lah Maha Tahu.
Karenanya, bentuklah patung-patung itu dengan indah. Pahatlah dengan halus, agar kita bisa ditempatkan ditempat yang terbaik, di sisi-Nya. Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi, dan kebijakan hati, agar memancarkan keindahan. Syukuri setiap lekuknya dengan kesabaran, dan keikhlasan. Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan tempat kita di akhirat kelak. Bentuklah "patung" diri Anda dengan indah!
==========================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 3. Hal. 564-566. ISBN 978-6028-686-402.

Senin, 16 Mei 2011

Teknik Karet Gelang Merah


Teknik sederhana ini saya pelajari dari Robert G. Allen, milyuner dari New York dan pengarang buku best seller “Road to Wealth”. Allen mengatakan, bahwa dalam setiap tindakan kita, selalu ada pikiran positif dan negatif. Bahkan jika kita berdiam diripun juga ada kedua pikiran tersebut, misalnya pikiran positif akan berkata “Ayo, kita mulai bekerja”.
Sedangkan pikiran negative berkata “Ah, nanti saja. Sedang enak nih duduk-duduknya”. Kedua pikiran ini sama kekuatannya. Jadi terkadang positif yang menang, saat lain negatif yang menang. Lalu, jika memang kekuatannya 50:50, bagaimana caranya agar positif bisa lebih dominan?
Jika memang kekuatannya sama, maka harus ada perangsang dari luar yang bisa mencegah, ketika pikiran negatif keluar. Allen menggunakan karet gelang merah di pergelangan tangan kirinya. Setiap saat ada pikiran negatif sekecil apapun yang melintas di pikirannya, dia langsung menjepret tangannya dengan karet gelang tersebut. Sepintas memang tampak lucu. Tapi pengaruhnya ke alam bawah sadar (ABS) anda luar biasa besar. Apabila anda konsisten dengan menjepretkan karet gelang setiap kali anda berpikir negatif, maka ABS anda akan merekamnya menjadi suatu kebiasaan yang harus dihindari.
Saya sendiri telah menggunakan selama 2 bulan. Pada awalnya memang tangan kiri saya banyak garis-garis merah karena sering dijepret. Namun semakin lama semakin berkurang. Saya juga memvariasikan teknik ini, dengan memberitahukan rekan-rekan sekitar saya, tentang apa yang saya lakukan. Sehingga mungkin suatu saat ketika anda sedang tidak sadar berbicara negatif, dan teman anda mengetahuinya, dia bisa mengingatkan anda dengan menjepretkan karet di tangan anda.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik, yaitu mengapa mesti karet yang berwarna merah… bukankah karet gelang ada beragam warna? Atau mungkin juga pertanyaan mengapa mesti di tangan kiri, bukan di kanan, atau di kaki?
Robert G. Allen mengatakan, hal-hal ini kelihatannya remeh, tapi mengandung makna yang besar. Banyak orang yang mengatakan ingin berubah menjadi lebih baik. Tapi begitu diberikan satu petunjuk, biasanya petunjuk ini lalu ditawar. Ini masalah komitmen. Apabila anda mau berusaha mencari karet yang berwarna merah, dan memasangnya di tangan kiri, itu sudah membuktikan anda mempunyai komitmen yang tinggi untuk berubah. Apabila untuk hal kecil ini saja sudah anda tawar, mungkin komitmen anda untuk berubah baru tahap coba-coba saja.
Hal lain yang sering menjadi pertanyaan di sini adalah, sebenarnya apakah yang disebut pikiran negatif itu? Karena banyak orang tidak sadar bahwa dia melakukan atau memikirkan hal negatif. Nah, di bawah ini ada daftar hal negatif yang harus anda “jepret” ketika anda mengalaminya.
Menunda, malas, marah, lesu, curiga, malu, ragu-ragu, rendah diri, sombong, egois, minder, kuatir, berkata-kata kotor, cemburu, patah hati, takut, berpikir jorok, dengki, iri, sirik, dendam, sinis, cemberut, pesimis, takut gagal, resah, takut memulai, cuek, acuh, pasif, cemas, menipu, merajuk, murka, fitnah, menang sendiri, bergosip ria, merasa tak pernah salah, berbohong, berprasangka buruk, meremehkan, dan lain sebagainya. Anda bisa tambahkan di sini tindakan-tindakan anda sendiri yang menurut anda negatif, dan perlu “dijepret”.
Selamat mencoba…..
==========================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi Inspirasi . Yogyakarta: Idea Press. Volume 1. Hal. 109-110. ISBN 978-6028-686-402.

Kamis, 12 Mei 2011

HIDUP BUKANLAH VCD PLAYER



Cerita ini adalah “kisah nyata” yang pernah terjadi di
Surabaya.
Seorang pria membawa pulang truk baru
kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut
sejenak untuk melakukan kegiatan lain.Anak lelakinya yang
berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia
memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk
baru tersebut penyok dan catnya tergores. Pria tersebut berlari
menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan
anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah
tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit.
Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk
menyelamatkan jari- jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia
tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan
amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.
Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya
telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata,
“Papa, aku minta maaf tentang trukmu.” Kemudian, ia bertanya,
“tetapi kapan jari-jariku akan tumbuh kembali?” Ayahnya pulang
ke rumah dan melakukan bunuh diri.
Renungkan cerita di atas! Berpikirlah dahulu sebelum kau
kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kau cintai. Truk
dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti
seringkali tidak dapat diperbaiki. Terlalu sering kita gagal untuk
membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali
lupa bahwa mengampuni lebih besar daripada membalas
dendam. Orang dapat berbuat salah. Tetapi, tindakan yang kita
ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya.Tahan,
tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan.
Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya.
Ingatlah, jika kau menghakimi orang, kau tidak akan ada waktu
untuk mencintainya waktu tidak dapat kembali.... hidup
bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di backward dan
Forward......... HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja....
jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat
membayangi kehidupan kita kelak......... yang menjadi sebuah
inti hidup adalah “HATI” … Hati yang dihiasi belas kasih dan cinta
kasih..... CINTA KASIH merupakan nafas kehidupan kita yang
sesungguhnya.........
============================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 459-460. ISBN 978-6028-686-938.