Sabtu, 30 Juli 2011

Bulan Sya'ban

“Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku. Siapa yang berpuasa satu hari di bulan Rajab, Allah akan memberinya surga dan dia akan dijauhkan dari kemarahan Allah, dan akan ditutup baginya pintu neraka.”

“Sesungguhnya Sya’ban adalah bulanku, siapa yang berpuasa sehari dalam bulan itu, maka surga baginya.”

 “Siapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta pada Rasulullah dan taqarrub ilal-Lah (keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah), dan keinginan untuk mendekatkan diri pada kemuliaan bulan ini, pada hari akhir nanti, dia akan dikaruniai surga.”

Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban
Dari A’isyah: “Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki” (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.
Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: “Malam nisfu Sya’ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: “Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing.” (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Kapas

 



Putih bersih dan ga akan ada noda na kalo kita bukan kita yang buat. Tapi aku lebih senang melihat kapas putih itu tetap putih bersih sampai akhir nanti. Putih melambangkan sebuah kejujuran dan kejujuran itu buahnya sangatlah indah. Indah dan sungguh sangat indah...

Pertama bertemu sungguh sangat indah melihatnya tetapi setelah sekian lama akhirnya keindahan itu perlahan mengabur karena kebohongan dan topeng yang menyelimuti perlahan menampakkan wujud aslinya. Sungguh sangat tidak enak melihat pemandangan yang menyakitkan mata itu. Kapas putih dan bersih yang dulu telah berubah menjadi sebuah kapas yang kotor dan penuh dengan debu...

Rasanya sulit sekali tuk membersihkannya tetapi dalam hidup ini ga akan pernah ada yang ga mungkin kalo Allah sudah berkehendak. Kapas putih nan bersih itu bisa kembali lagi seperti semula asalkan ada sedikit saja orang yang mau membersihkannya dari semua kotoran dan debu yang hinggap di dirinya. Karena jati diri dan semua yang ada di kapas itu telah tertutup oleh segumpal debu yang menyelimutinya...

Andai kapas tersebut bisa kembali putih dan bersih...
Tenang hati ini melihat semuanya menjadi putih tanpa ada debu...
Layaknya kejujuran yang tak pernah ditutupi oleh sebuah kemunafikan dan pengkhianatan...

Kamis, 28 Juli 2011

sambut ramadhan


 

Harum Ramadhan mulai tercium ,kesejukannya mengetuk hati orang yang ingin merajut sejuta bahagia...Jika ada gores luka karena tingkah laku,ada ucapan berbunga dusta..Maka mohon untuk dimaafkan lahir dan bathin...Selamat menyambut bulan yang penuh rahmat,berkah dan ampunan..MARHABAN YAA RAMADHAN...!!!

Minggu, 24 Juli 2011

Mengapa Teriak?

 


Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya;
"Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?" Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab; "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak."
"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"
Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.
Sang guru lalu berkata; "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."
Sang guru masih melanjutkan; "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?"
Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban
==========================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 3 . Hal. 792-793. ISBN 978-6028-686-402.